Rabu, 22 Desember 2010

Berbagi Keceriaan dan Harapan

Pernahkah Anda mendengar kisah tentang Seribu Burung Kertas? Jika belum, ijinkan saya menceritakan kembali kisah ini. Di Jepang, ada sebuah mitos tentang seribu burung kertas, mitos ini mengatakan bahwa barangsiapa yang bisa merangkai seribu burung kertas, maka apapun yang menjadi doa dan harapannya akan terwujud. Mitos ini diyakini oleh banyak orang dan salah satunya adalah seorang gadis kecil penderita leukemia akibat radiasi bom atom yang jatuh di Hiroshima pada 6 Agustus 2945 bernama Sadako Sasaki. Ketika mendengar mitos tersebut, Sadako mulai melipat burung-burung kertas dengan harapan penyakitnya sembuh. Tapi seiring berjalannya waktu, Sadako melihat kawan-kawan sedesanya yang menderita penyakit leukemia meninggal satu demi satu. Harapannya untuk sembuh kemudian menghilang. Meski begitu dia tetap melipat burung-burung kertas dengan harapan yang baru, yakni agar tercipta perdamaian dunia supaya tidak ada lagi anak-anak yang menderita sepertinya.  Belum selesai seribu burung dibuat, dia meninggal. Akhirnya kawan-kawan dan keluarganya membuat burung kertas hingga jumlah 1000 burung itu terpenuhi dan meletakkannya di makam Sadako.

Berawal dari cerita tersebut dan keinginan untuk berbagi dengan sesama, gerakan 1000 burung kertas dimulai. Target pertama kegiatan ini adalah Studio Biru, sebuah sanggar belajar dan bermain yang terletak di Padukuhan Sengir, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, DIY.  Pada gempa yang melanda DIY di tahun 2006, daerah yang terletak di perbukitan dan akses yang lumayan sulit ini merupakan salah satu daerah dengan kondisi terparah. Dengan segala keterbatasan, Studio Biru hadir untuk memberikan trauma healing bagi anak-anak, sekaligus mengembalikan keceriaan mereka yang sempat menghilang. Studio biru menjadi tempat berekspresi dan bereksplorasi bagi anak-anak Sengir, serta menjadi tempat untuk belajar hal-hal baru yang tidak mereka peroleh dari bangku sekolah. Di tempat ini anak-anak bisa menulis sesukanya, menggambar semaunya, belajar apapun yang mereka suka, serta bermain sepuasnya.

Namun saat ini kondisi fisik Studio Biru sudah tidak layak huni. Bangunan berdinding bambu dan berlantai tanah ini sewaktu-waktu bisa roboh saat hujan lebat turun dan angin kencang bertiup. Atap yang bocor disana-sini menjadikan anak-anak merasa tidak nyaman saat berada di Studio Biru. Tempat  yang menjadi lokasi sanggar juga merupakan rumah milik warga yang suatu saat akan diambil oleh pemiliknya. Dari hal tersebut maka komunitas Canting dengan gerakan 1000 burung kertas berusaha untuk membangun Studio Biru, membangun perpustakaan, serta memberikan pendampingan rutin tiap Minggu bagi anak-anak.

1000 burung kertas sendiri adalah gerakan yang kami lakukan dalam usaha mengumpulkan dana untuk membangun Studio Biru serta mengumpulkan buku untuk membuat perpustakaan. Bagi siapa saja yang tertarik untuk bergabung dalam gerakan ini cukup membeli kaos yang kami buat, mengirimkan buku bacaan (baik bekas maupaun baru), atau mengirimkan donasi (tidak dibatasi nominal). Satu burung kertas akan dibuat bagi setiap pengiriman buku & donasi maupaun pembelian kaos. Pada masing-masing sayap burung itu akan dituliskan doa dan harapan maupaun kata-kata penyemangat bagi anak-anak Indonesia. Akan lebih baik jika pengirim sendiri yang membuat burung kertas dan menuliskan kata-kata tersebut. Namun jika tidak memungkinkan, maka Canting akan membuatkan burung kertas tersebut. Nantinya 1000 burung kertas ini akan dipasang  di bangunan Studio Biru yang baru.

Saat ini sudah lebih dari 150-an burung kertas terkumpul yang berasal dari berbagai kota di Pulau Jawa dan Kalimantan, baik berasal dari perorangan maupun komunitas (Arsenal Indonesian Supporter, Good Readers Indonesia, dan komunitas Air Soft Gun Jogja). Burung-burung kertas tersebut terwujud dalam puluhan judul buku, mainan edukatif untuk anak-anak, media pembelajaran, serta dana kurang lebih mencapai Rp 3.000.000,00. Masih banyak lagi dana yang dibutuhkan untuk membangun studio biru, begitupula dengan buku koleksi yang diperlukan. Kami berharap rekan-rekan semua bersedia berbagai keceriaan dan harapan bersama anak-anak dengan mengirimkan satu burung kertas. Kami percaya doa-doa yang ada di kepak sayap tersebut tak akan sia-sia. Semakin banyak sayap terkepak, semakin banyak harapan dan keceriaan tertebar.

Sehubungan dengan program #klikhati, kami juga bermaksud untuk memasukkan gerakan 1000 burung kertas ke dalam program tersebut. Jika nantinya gerakan 1000 burung kertas ini lolos, maka akan tercipta sebuah gerakan berantai. Setelah Studio Biru terwujud, dana sisa pembangunan Studio Biru dapat digunakan untuk program serupa di tempat lain dan pengumpulan 1000 burung tahap kedua dimulai kembali. Begitulah seterusnya, sehingga nantinya akan ada banyak anak Indonesia yang mendapatkan ruang  dan tempat untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi potensi yang mereka miliki. Hingga nanti akan tercipta generasi yang mandiri, kritis, aktif, dan kreatif menuju Indonesia yang lebih baik.

Bagi rekan-rekan yang tertarik untuk bergabung dengan gerakan ini dapat follow twitter 1000 burung kertas di @burung_kertas atau mengirimkan email ke info_1000burung@yahoo.co.id

Kami akan sangat berterimakasih jika rekan-rekan semua bersedia menyebarkan gagasan sederhana ini kepada rekan-rekan yang lain, sehingga akan banyak komunitas yang bergabung dengan gerakan ini. Kami percaya, sesuatu yang besar pastilah berasal dari hal-hal kecil. Semoga nantinya langkah kecil ini dapat memberikan kontribusi maupun dampak besar bagi kehidupan anak-anak Indonesia.

Salam

Note:
Bagi yang ingin melihat sekilas tentang Studio Biru dan kenapa kita pilih mereka sebagai target pertama silahkan baca disini, sedangkan yang ini adalah salah satu catatan saat Canting berkunjung kesana, dan ini adalah catatan khusus yang membuat kami semakin merasa perlu berbagi dengan kawan-kawan kecil di Studio Biru.

Senin, 08 November 2010

Keris Berdarah

Alkisah, di daerah perbukitan selatan Prambanan terdapat sebuah jalan rahasia. Konon katanya jalan tersebut merupakan jalur rahasia untuk menuju ke Laut Selatan. Kawasan laut di selatan Jogjakarta yang menyimpan banyak misteri.

Salah satu misteri yang paling membuat orang penasaran adalah pusaka buatan empu Gandring. Dulu kala Keris bertuah tersebut telah memakan 7 orang termasuk penciptanya. Keris pusaka tersebut diyakini mampu memberikan kekuatan ajaib bagi pemiliknya. Hal tersebutlah yang membuat orang-orang bernafsu untuk mencari dan menguasainya. Terutama para penjahat.

Maka demi mencegah agar keris kutukan itu tidak memakan jiwa lagi, keberadaannya pun dirahasiakan. Sampai pada suatu ketika ada seorang arkeolog dari eropa yang berhasil menemukan gulungan kuno berbahasa sansekerta. Gulungan tersebut menuliskan letak keris kutukan tersebut disembunyikan. Di kedalaman Laut Selatan yang hanya bisa dicapai melalui suatu jalur rahasia.

***

Siang itu matahari bersembunyi dibalik awan mendung. Sehingga membuat daerah perbukitan ripungan terlihat gelap.

"Awan mendung telah tiba." kata seorang pria di sebuah gubuk.

Pria yang sehari-harinya bernama Rendra itu tampak khawatir. Tidak biasanya cuaca di daerahnya menjadi begitu kelam. Meski tahun ini hujan tidak pernah surut, tapi cuaca siang itu benar-benar mengganggu ketenangannya.

Beberapa waktu kemudian datang 2 sosok anak kecil. Mereka adalah Nurwanto dan Ivan. Kedatangan 2 anak tersebut diikuti 4 orang anak lainnya yang bernama Edo, Danu, Santika, dan Sumardi.

Melihat keadaan gurunya yang terlihat khawatir, mengusik Nurwanto, murid tertuanya.

"Ada apa mas" tanyanya.

Namun yang ditanya hanya bisa diam seribu bahasa. Dia tak mampu menjawab pertanyaan muridnya tersebut.

"Mas,… Mas Rendra…" panggil Nurwanto.

"Akhirnya yang kutakutkan terjadi juga." batin Mas Rendra.

Beberapa saat kemudian Mas Rendra meminta murid-muridnya berkumpul. Dia berfikir sudah saatnya mereka tahu tentang dirinya dan rahasia yang selama ini dipendamnya.

"Anak-anak maafkan aku telah menyembunyikan rahasia ini dari kalian." jelasnya.

Mas Rendra pun bercerita tentang tragedi perebutan kekuasaan yang melibatkan sebuah keris pusaka. Tragedi itu terjadi beratus-ratus tahun yang lalu. Tepatnya di jaman munculnya kerajaan Singosari. Setelah berhasil membunuh penguasa daerah Tumapel, Ken Arok yang bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi pun menjadi rajanya yang pertama.

Perebutan kekuasaan tersebut didasari oleh keinginan Ken Arok untuk memiliki Ken Dedes. Seorang perempuan cantik yang diramalkan oleh Lohgawe (seorang brahmana dari India), akan menurunkan raja-raja tanah jawa. Karena ramalan itulah, Ken Arok bernafsu untuk membunuh Tunggul Ametung dengan sebuah keris sakti buatan Empu Gandring.

Karena merasa bersalah telah membeberkan rahasia alam. Dan mengakibatkan terjadinya pertumpahan darah yang merenggut nyawa, Brahmana Lohgawe memutuskan untuk menyembunyikan keris kutukan tersebut dari pemilik terakhirnya, Tohjaya. Turunan pertama dari Ken Arok yang tewas akibat kutukan empu Gandring.

Demi menjaga agar keris terkutuk tersebut tidak disalahgunakan, Brahmana Lohgawe membentuk kelompok untuk membantunya menyembunyikan keris berdarah tersebut.

"Loh Mas, terus apa hubungannya sama Mas Rendra?" tanya Ivan penasaran.

"Aku adalah pewaris ke 12 dari kelompok bentukan Lohgawe itu."

[Bersambung]

*) terinspirasi dari sebuah tempat bernama sumur gemuling

 

Minggu, 31 Oktober 2010

Seribu Burung Kertas


Salam.
Untuk teman, kawan, sahabat dengan penuh kasih, Selama ini mungkin kita pernah mendengar kisah tentang 1000 burung-burung kertas. Sebuah kisah yang menceritakan bahwa barangsiapa yang mampu membuat 1000 burung kertas maka permohonan dan impiannya akan terwujud. Berawal dari mitos inilah muncul gagasan untuk saling berbagi keoptimisan dan berbagi kesenangan untuk beberapa teman kecil di timur Jogjakarta.

Gagasan ini berawal ketika saya diajak oleh beberapa teman-teman komunitas untuk menuju kesuatu tempat bernama Studio Biru. Mendengar namanya, yang muncul dalam bayangan saya adalah sebuah tempat yang menyenangkan dan penuh dengan keceriaan. Tempat yang masuk dalam wilayah Padukuhan Sengir terletakatas bukit. Berjarak 30 KM dari Kota Yogyakarta, perjalanan ini cukup membuat adrenalin naik. Medan menanjak, turunan yang curam, jalan yang licin dan sempit, semuanya itu mewarnai perjalanan menuju tempat dimana Studio Biru berdiri. Padukuhan Sengir sendiri merupakan salah satu daerah yang mengalami kerusakan yang cukup parah pada saat terjadinya gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 mei 2006 silam.

Sesampai di Studio Biru bayangan sebelumnya tentang keindahan sebuah studio diatas bukit hilang seketika.hanyalah berupa sebuah gubug bambu beralas tasinya menyedihkan.engan satu hempasan roboh.

Ya memang kami tidak menemukan keindahan secara fisik yang ada dalam bayangan kami sebelumnya, tapi kami menemukan bentuk keindahan lain. Senyum sambutan beberapa anak di Studio Biru memberikan arti keindahan yang sesungguhnya. Sebuah kebahagiaan, keceriaan polos anak-anak studio Biru yang sepertinya telah mereka persiapkan dengan matang untuk menyambut kedatangan tamu yang jarang mereka temuinilah bentuk lain keindahan pertama kali yang saya dan teman-teman temui ketika mengunjungi Studio Biru. Sebuah keindahan yang nantinya kami percaya tidak akan pernah oleh siapapun yang mengunjungi Pedukuhan Sengir salah satu sudut pinggiran Jogja.

Keindahan inilah yang menjadi impian kami sebenarnya. Impian yang besar, impian yang secara tak sadar mulai terangkai ketika melihat apa yang ada didalam Studio Biru. Disana terdapat keoptimisan meski ada benteng keterbatasan yang mengitari mereka. Sebuah buku tulis bekas yang didalamnya berisi kliping tulisan-tulisan mereka sendiri tertata pada sebuah susunan kayu yang mereka menyebutnya rak perpustakaan. Dalam rak tersebut juga terdapat beberapa buku dan majalah National Geographic dewasa dan mereka suka mengamati gambar binatang didalamnya. Salah seorang anak menunjukan pada kami hasil kreasi mereka. Beberapa gambar gantung pada dinding bambu Kami bertanya apakah ini semua mereka yang membuat. Mereka memberikan penjelasan dengan kebanggaan mengenai karya tangan mereka sendiri. Hingga terlihat beberapa origami burung-burung kertas warna-warni. Inilah burung-burung kertas yang akan mewujudkan impian mereka.

Tidak dengan menganggap Studio Biru rendah atau tidak mampu. Tidak dengan menggunakan rasa belas kasihan. Melainkan dengan semangat berbagi kebahagiaan. Kami berjanji kepada Studio Biru untuk membuatnya menjadi lebih baik lagi ditengah keterbatasan situasi dan kondisi mereka. Rendra, dialah salah seorang yang selama ini membantu anak-anak itu mencurahkan kreativitas pada sebuah hasil. Darinyalah kami temukan, bahwa yang selama ini kami lakukan tidak lebih baik darinya yang mau berada di Studio Biru untuk tujuan yang kami anggap mulia.

Disinilah saya ingin mengatakannya kami mempunyai impian yang besar dan kami meminta dukungan dari teman-teman untuk merangkai impian tersebut bersama-sama. Burung-burung kertas yang ada di Studio Biru masih bisa dihitung dengan jari, masih butuh ratusan burung kertas untuk menjadikan 1000 burung. tersebut nantinya akan kami berikan untuk Studio Biru guna membantu mewujudkan impian mereka sendiri.

Seandainya teman-teman berkenan untuk bersama-sama melanjutkan impian anak-anak tersebut, teman-teman dapat bersama-sama membuat 1000 burung agar impian mereka bisa terwujud. Dukungan dalam bentuk apapun akan kami terima, satu dukungan akan diwujudkan dalam satu buah burung kertas. Itu merupakan pengalaman terbaik bergabung bersama teman-teman dari berbagai penjuru menerbangkan burung kertas tersebut menuju studio biru. Beberapa dukungan yang kami perlukan adalah Sebuah buku, ya hanya sebuah buku. Kirimkanlah sebuah buku apapun kepada kami buku yang akan membantu anak-anak Studio biru menemukan sesuatu yang bisa mereka temukan. Kami akan menyalurkan buku tersebut kepada Studio Biru. Jangan lupa lampirkanlah sebuah burung kertas untuk satu buku uliskan namamu pada burung kertas tersebut serta sebuah kalimat dukungan untuk semua anak Indonesia khususnya Studio Biru.

Selain buku kami sebelumnya sudah berhasil mendapatkan donasi kecil dari penjualan kaos dan dukungan teman-teman komunitas lainya. Namun, kami juga tetap menerima donasi dukungan untuk memperbaiki kondisi fisik dan alat pendukung belajar lainya di Studio Biru.

Ini bukan hanya mengumpulkan sebuah buku. Ini bukan hanya mengubah dana dukungan menjadi setumpuk batu bata dan adukan semen. Ini bukan hanya bagaimana mengumpulkan dana dukungan sebanyak-banyaknya. Tapi lebih dari itu, karena sebelumnya beberapa orang menganggap kami gila, penuh dengen pesimistis. Ini bukan tentang itu semua, karena kami orang yang tidak pernah suka mendengar orang berkata bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Dan kami percaya 1000 burung akan terwujud.

Jauh dari segala tantangan yang siap kami hadapi, kami tetap membutuhkan dukungan apapun dari teman-teman untuk mewujudkan impian tersebut. Pilihan terbaik sepenuhnya ada ditangan anda dan pilihan terburuk adalah tidak melakukan apa-apa.

 
Free Web Hosting | Top Web Hosting | Great HTML Templates from easytemplates.com.